Minggu, 18 April 2010

Hanyut (revisi)


Karya:Ubaidir Rohman Muzaki

“Tolong…tolong…!”teriakku minta tolong kepada seorang nenek yang rumahnya di dekat sungai.
“Apa itu..?”seru nenek melihatku.
Sang nenek yang sedang menjemur gabah di depan rumahnya berlari terbirit-birit menuju asal suaraku.Tubuhnya yang tua tak sebanding dengan kekuatannya.Lambang Partai Golkar melekat di pakaiannya.kulitnya yang hitam bertambah hitam di bawah terik matahari.
“Kamu dimana..?”tanya nenek itu.
“Disini nek...!”jawabku dengan mengacungkan tangan ke atas.

Beliau pun terjun ke sungai yang memiliki arus sekuat Sungai Nil, dengan gaya kataknya beliau menyelamatkanku.

“Leb..leb..”suara desiran air yang terdengar di telingaku.
Sang nenek pun menarik tanganku dan membawaku ke tepi sungai. Walaupun beliau sudah tua tapi tenaga masih seperti anak muda.Perlahan tapi pasti, beliau memompa perutku untuk mengeluarkan air yang banyaknya kira-kira sampai 1 liter.
“Kamu tidak apa-apa nak..?”
“Tidak apa-apa, saya dimana..?”
“Kamu sekarang ada di rumahku ,kenapa kamu bisa sampai hanyut di sungai..?”
“Aku tadi sedang main di sungai dengan teman-temanku di desa sebelah, saat aku sedang asyik main tiba-tiba ada seekor Ikan Mas yang muncul di tengah sungai.Tanpa sadar aku berenang ke tengah sungai untuk menangkapnya, tapi nasib berkata lain padaku bukannya dapat ikan tapi aku malah terdorong arus.Aku terdorong jauh oleh arus dan terbawa sejauh lima meter.Saat aku mencoba berenang ke tepi tiba-tiba kulihat seekor Ular Sanca menuju ke arahku, aku dibuat kelenger olehnya.Lima belas menit kemudian aku sadar dan aku masih berada di tengah-tangah sungai, aku terus berteriak minta tolong tapi tak ada yang mendengarku dan akhirnya andalah yang mendengarku.”
“Kenapa kamu tidak ditolong teman-temanmu...?”
“Mereka sebenarnya ingin menolongku tapi mereka bingung harus bagaimana..”
“Kamu anak siapa..?”
“Anak Pak Ikhsan..”
“Oo...Pak Ikhsan yang rumahnya dekat SD itu ya..!”
“Anda benar..”

Sang nenek berteriak memanggil anaknya untuk mengambilkan air minum untukku. Selama beberapa menit aku membaringkan tubuhku diatas kasur yang terbuat dari anyaman bambu milik Mbah Yati.Setelah tubuhku sudah kuat untuk berjalan aku memutuskan untuk pulang.
“Maf...!”panggil Mbah Yati kepada anaknya.
“Apa Bu`..?”jawab maftukhan.
“Tolong sekarang kamu antarkan anak ini...!”
“Baik bu..!”
Dia mengambil sepeda mininya yang sedang beristirahat berpuluh-puluh jam.Perjalanan terasa sangat lama, aku dan anak nenek bercakap-cakap tentang sesuatu.Kira-kira satu jam kemudian aku sampai di rumahku.Saat itu juga orang tuaku sedang ingin mencariku dengan sepeda motor.
#####

“Oh anakku..alhamdulillah kamu tidak apa-apa..!”teriak ibuku.
“Iya bu..., saat aku tenggelam dalam sungai ,aku di tolong oleh ibunya kakak ini..!”
“Siapa ibumu nak...?”
“Mbah Yati..!”
“Oo...Mbah Yati yang rumahnya dekat sungai itu ya..!”
“Iya bu..”

Setelah beberapa lama berbicara dangan anak Mbah Yati , sang anak berpamitan kepada orang tuaku.
######

“Allahhuakhbar... Allaahhuakhbar...”azdan berkumandang yang menandakan sudah waktunya Sholat Dhuhur.

Empat jam kemudian, sang nenek dan anaknya mendengar suara ketukan  dari pintu depan.

“Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam..., Oo...Bu Parno.. silahkan masuk..!”
“Terima kasih..”
“Mau minum apa Bu`..?”
“G` usah repot-repot bu` saya Cuma sebentar ko`..”
“Ada apa mampir kesini..?”

Ibu dan aku masuk dengan membawa sedikit bingkisan.Dengan bercucuran air mata beliau mengucapkan terima kasih kepada Mbo` Yati karena telah menyelamatkanku.
“Bu` terima kasih atas pertolongan ibu` karena telah menyelamatkan anak saya..!”kata ibuku dengan bercucuran air mata karena merasa telah menyelamatkanku. 
Dengan hati seperti kesatria mbo` Yati merasa tidak menyelamatkanku tapi hanya Allah lah yang telah menyelamatkanku beliau cuma perantara saja.Mulai saat itu keluargaku dan keluarga Mbo` Yati menjalin hubungan silaturahmi yang sangat kuat.







1 komentar: